--di lingkar sunyi yang berhadap-hadapan
Seorang gadis melangkah tenang. Di genggaman
Payung hitam terkatup berayun ringan
Bersebab hujan baru saja merampungi
gelisah tetumbuhan
Ia lalu beranjak menyesatkan diri ke kediaman Tuhan
Sejenak ia betulkan letak kerudungnya yang
Rajam digampar angin menakar
Seberapa ingin
Ditumpasnya jarak antara gelap paling cahaya dan rindu paling dingin
Radius tigapuluh kilometer lebih dilangsungi, tak jemu mengangkut sunyi
Selembar gulungan kertas digelar, permainan ular tangga tergambar. Ia angslup
Ke dalamnya, pasrah digelindingkan nasib yang semena-mena. Naik-turun selincah ular lapar
Memangsa. Di luar
cuaca terdiam sementara
Sebuah buku telah paripurna ia catat
Babad yang rapih menyalin ruparupa riwayat
Dirinya dan lelaki dalam satu bab yang sempat
Sematkan cinta salah alamat
Lelaki itu adalah kalimat tak sempurna yang dibacanya dengan sebelah jiwa
Maka, aku menjauhi bersaksi
Mengikatnya dalam simpul besi
Sembari kucari-cari di mana kediaman Tuhan yang gadis itu pernah bertamu
dengan parasnya yang beku
Kudengar suara-Nya lirih dari dalam diriku
Kuketuk-ketuk kemudian sanubariku paling kalbu;
Tuhan, apa Engkau ada di dalam?
Kulonprogo-Yogyakarta, Sepuluh Duaribu Sepuluh